Jumat, 01 Juni 2012

PARIBASA


Paribasa atau pepatah yang sudah diinformasikan secara lisan turun temurun dari para leluhur (karuhun) untuk bekal menjalani kehidupan.

  1. Hubungan Dengan Sesama Mahluk 
Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust - ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb... kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya).
Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent).
Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada)
Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun).
Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya --> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb).
Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi).
Pondok jodo panjang baraya (siapapun walopun jodo kita tetap persaudaraan harus tetap dijaga)
Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu hoax, memfitnah, dlsb).
Bengkung ngariung bongok ngaronyok (team works & solidarity dalam hal menghadapi kesulitan/ problems/ masalah harus di solve bersama).
Bobot pangayun timbang taraju (Logic, semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan fairness, logic, common sense, dlsb)
Lain palid ku cikiih lain datang ku cileuncang (Vision, Mission, Goal, Directions, dlsb... kudu ada tujuan yg jelas sebelum melangkah).
Kudu nepi memeh indit (Planning & Simulation... harus tiba sebelum berangkat, make sure semuanya di prepare dulu).
Taraje nangeuh dulang pinande (setiap tugas harus dilaksanakan dengan baik dan benar).
Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian (jangan berebut kekuasaan).
Ulah ngukur baju sasereg awak (Objektivitas, jangan melihat dari hanya kaca mata sendiri).
Ulah nyaliksik ku buuk leutik (jangan memperalat yang lemah/ rakyat jelata)
Ulah keok memeh dipacok (Ksatria, jangan mundur sebelum berupaya keras).
Kudu bisa kabulu kabale (Gawul, kemana aja bisa menyesuaikan diri).
Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih (Research & Development, Ngulik, Ngoprek, segalanya harus pakai akal dan harus terus di ulik, di teliti, kalo sudah diteliti dan dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan).
Cai karacak ninggang batu laun laun jadi dekok (Persistent, keukeuh, semangat pantang mundur).
Neangan luang tipapada urang (Belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain).
Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dienyakeun (speak the truth nothing but the truth).
Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (saling bekerjasama membangun kemitraan yang kuat).
Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang (maju terus pantang mundur).
Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak (Kompak/ team work).
dlsb.
 Sumber: Papatah Kolot (Pepatah Orang Tua) beredar di kampung-2 adat Sunda, dlsb.
  binatang.

Kesenian Sunda

Sisingaan 



Sisingaan merupakan seni pertunjukan rakyat khas Sunda.  Tidak ada sumber pasti, kapan kesenian ini dimainkan untuk pertama kali.  Konon, nama Sisingaan telah dikenal masyarakat Sunda di Jawa Barat sejak dulu. Awalnya, kesenian ini hanya dimainkan di daerah kabupaten Subang, Jawa Barat. Namun kini, pertunjukan Sisingaan juga telah berkembang di daerah lain, seperti Kabupaten Bandung, Purwakarta serta Sumedang.
 
 Di kabupaten Subang, Sisingaan seringkali dimainkan ketiga ada acara khusus, seperti khitanan massal dan menyambut tamu agung atau kenegaraan.  Setiap bulan Agustus, kesenian ini juga dimainkan ketika Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.  Setiap tahun, kesenian ini juga dimainkan ketika masyarakat Subang merayakan Hari Jadi Kabupaten Subang.
 
Ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan, Anda dapat melihat beberapa buah boneka kepala singa.  Setiap boneka itu diletakkan di atas sebuah tandu yang umumnya terbuat dari bambu.  Ketika Sisingaan dimainkan untuk acara khitanan massal, di atas setiap tandu juga duduk seorang anak lelaki yang akan dikhitan.
Dan ketika pertunjukan dimulai, setiap tandu itu diusung oleh empat orang lelaki dewasa.  Mereka mengenakan pakaian adat Sunda. Satu ciri khasnya, mereka memakai ikat kepala dari kain atau udeng.  Tak heran, jika ada juga yang menyebut kesenian ini dengan nama Gotong Singa. Jika diartikan, Gotong diadopsi dari bahasa Sunda yakni diusung.
 
Lantunan seperangkat alat musik tradisional, seperti kendang, gong, salompret, serta ketipung menjadi musik pengiring ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan.  Sambil berjalan kaki, para pengusung tandu juga menari mengikuti alunan musik. Sesekali, mereka juga memainkan atraksi berjalan maju-mundur dan berputar.  Biasanya, kesenian ini juga dimainkan bersama dengan atraksi lain, seperti pertunjukan akrobat dan pencak silat.  Tak ketinggalan, tarian khas Sunda, salah satunya Jaipong juga dimainkan ketika ada pertunjukan Sisingaan.
 
 Untuk menjadi pemain Sisingaan tidaklah mudah.  Setiap pemain harus memiliki keterampilan khusus.  Dapat Anda bayangkan, para pengusung tandu tidak hanya dituntut untuk mampu menari.  Mereka juga harus menari dan memainkan beberapa macam gerakan sambil menahan beban berat di pundaknya.  Mereka juga harus menjaga bagaimanapun caranya agar boneka kepala singa itu tidak jatuh dari tandu.  Terlebih, ketika di tandu itu juga duduk seorang anak lelaki yang akan dikhitan. Bagaimana cara pengusung tandu menjaga keseimbangan tandu dan tubuh mereka?.  Jawabannya dapat Anda temukan ketika memiliki kesempatan untuk melihat Sisingaan, pertunjukan rakyat khas Subang, Jawa Barat.
 
 Awalnya, setiap boneka kepala Singa dalam pertunjukan Sisingaan terlihat sederhana. Namun kini, boneka Sisingaan yang terbuat dari kertas itu dibuat sedemikian rupa hingga tampak gagah menyerupai bentuk aslinya.  Kostum para pengusung Sisingaan juga terlihat semakin glamour dengan warna menyolok.  Begitu juga dengan musik pengiringnya, seringkali lantunan musik perkusi dan pukulan bedug juga hadir ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan. Bedug terbuat dari kayu berbentuk silender dengan salah satu sisinya ditutup dengan kulit binatang.

Makanan Khas Sunda

Makanan Khas Sunda Jawa Barat Nama Masakan Kuliner Tradisional Asli Jawa Barat - Belum pernah mencoba hidangan kuliner ala masyarakat Sunda Jawa Barat? Kalau Anda sedang berada di bumi pasundan, tak lengkap rasanya jika tidak ikut icip icip makanan asli dari Jawa barat. Berbagai macam jenis olahan masakan kuliner asli khas Sunda memang selalu hadir dengan varian yang sangat menarik dengan cita rasa masakan yang luar biasa. Sehingga pantas saja jika makanan Sunda ini kerap menjadi makanan favorit buat para pecinta kuliner.


 Nasi Timbel makanan khas jawa barat

Sangat berbeda jika di bandingkan dengan rumah makan pada umumnya, Dapur Sunda selalu hadir dengan sungguhan masakan yang berbeda dan siap memanjakan lidah Anda.

Sega Lengko
Nasi lengko ini bisa di jumpai dan merupakan makanan khas masyarakat pantai utara seperti Cirebon. Walaupun terlihat sederhana makanan khas ini sarat dengan protein dan serat juga makanan rendah kalori, karena bahan-bahan untuk membuat nasi lengko adalah 100% non-hewani. Bahan-bahannya untuk membaut nasi lengko ini antara lain: nasi putih ( lebih nikmat kalau masih panas atau hangat), tahu goreng, tempe goreng, mentimun untuk lalap, tauge yang sudah direbus, daun kucai (dipotong kecil-kecil), taburan bawang goreng, serta bumbu kacang (seperti bumbu rujak) dan kecap manis. Pada umumnya kecap manis yang sering dipergunakan adalah kecap manis encer, bukan yang kecap manis kental yang isiramkan ke atas semua bahan.

Karedok
Makanan karedok atau keredok adalah juga merupakan makanan khas daerah di Indonesia asal jawa barat. Makanan karedok ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan diantaranya adalah ketimun, ada tauge, kol, kacang panjang, daun kemangi, serta terong. Sedangkan untuk bahan sausnya dibuat dari bahan cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi.

Ladu
Makanan atau jajanan Ladu ini merupakan suatu penganan yang terbuat dari ketan. Makanan tradisional ini yang berasal dari daerah Malangbong, Garut, Jawa Barat. Untuk pembuatan Ladu, bahan dasarnya terbuat dari tepung ketan putih sangrai, kemudian gula putih, gula aren merah, serta kelapa yang telah diparut.

Lotek
Makanan Lotek ini hampir mirip dengan pecel, yaitu jenis makanan dari beberapa sayuran yang sudah direbus kemudian disiram dengan menggunakan sambal dari bumbu bumbu kacang. Yang menjadi keunikan dari makanan ini yaitu bahan untuk sambalnya di samping kacang seringkali juga ditambahkan pakai tempe dan dalam bumbunya ditambahkan terasi, gula merah, dan bawang putih. Pada umumnya makanan lotek ini terasa sedikit lebih manis jika di bandingkan dengan pecel. Disamping itu kalau sambal pecel bumbunya sudah dicampur sebelumnya, sedangkan untuk lotek bumbu baru ditambahkan jika makanan akan dihidangkan. Makanan Lotek ini dapat disajikan dengan pakai lontong atau bisa juga pake nasi hangat, disertai dengan kerupuk dan taburan bawang goreng.

Nama nama makanan tradisional asli khas Jawa Barat lainnya adalah :

Soto Bandung, Batagor, Bakso Kocok, Serabi, Combro, Misro, Serabi Oncom, Peuyeum, Cireng, Combro, Gepuk, Ambokueh, Colenak, Bala-bala, Bandrek, Bajigur, Tahu Sumedang, Dodol Garut, Sega Jamblang, Tahu Gejrot, dll.

Makanan asli sunda, jajanan sunda jawa barat, kuliner sunda jawa barat, makanan tradisional sunda jawa barat, kuliner jawa barat, masakan khas sunda, masakan khas jawa barat.

Watak Budaya Sunda




Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah dijalankan sejak jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa namun dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradabandi Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara. Bahkan menurut Stephen Openheimer dalam bukunya berjudul Sundaland, Tatar Sunda/ Paparan Sunda (Sundaland) merupakan pusat peradaban di dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan masuknya budaya luar lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda.

Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih. Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya.

Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budayanasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya.

Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita melangkah ke belakang dulu. Mempelajari, dan mengumpulkan pasir mutiara yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Karena itu, marilah kita kenali kembali, dan menguak beberapa butir peninggalan nenek moyang Sunda yang hampir.

Ada beberapa etos atau watak dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Selain itu, etos dan watak Sunda juga dapat menjadi bekal keselamatan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Etos dan watak Sunda itu ada lima, yakni cageur, bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara dan Tarumanagara. Ada bentuk lain ucapan sesepuh Sunda yang lahir pada abad tersebut. Lima kata itu diyakini mampu menghadapiketerpurukan akibat penjajahan pada zaman itu. Coba kita resapi pelita kehidupan lewat lima kata itu. Semua ini sebagai dasar utama urang Sunda yang hidupnya harus 'nyunda', termasuk para pemimpin bangsa.

Cara meresapinya dengan memahami artinya. Cageur, yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifatsuudzonisme. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama, banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit, tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan, bukan hanya dibaca atau diucapkan saja. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin, berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam. Singer, yaitu penuh mawas diri bukan was-was, mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelumpribadi, pandai menghargai pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi diresapi makna esensinya. Pinter, yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.

Sumber: Bapak Eman Sulaeman, Yayasan Hanjuang Bodas, Bogor.

Kata Pengantar Bahasa Sunda

 

Budaya Sunda Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati orangtua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.