Jumat, 01 Juni 2012

Kesenian Sunda

Sisingaan 



Sisingaan merupakan seni pertunjukan rakyat khas Sunda.  Tidak ada sumber pasti, kapan kesenian ini dimainkan untuk pertama kali.  Konon, nama Sisingaan telah dikenal masyarakat Sunda di Jawa Barat sejak dulu. Awalnya, kesenian ini hanya dimainkan di daerah kabupaten Subang, Jawa Barat. Namun kini, pertunjukan Sisingaan juga telah berkembang di daerah lain, seperti Kabupaten Bandung, Purwakarta serta Sumedang.
 
 Di kabupaten Subang, Sisingaan seringkali dimainkan ketiga ada acara khusus, seperti khitanan massal dan menyambut tamu agung atau kenegaraan.  Setiap bulan Agustus, kesenian ini juga dimainkan ketika Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.  Setiap tahun, kesenian ini juga dimainkan ketika masyarakat Subang merayakan Hari Jadi Kabupaten Subang.
 
Ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan, Anda dapat melihat beberapa buah boneka kepala singa.  Setiap boneka itu diletakkan di atas sebuah tandu yang umumnya terbuat dari bambu.  Ketika Sisingaan dimainkan untuk acara khitanan massal, di atas setiap tandu juga duduk seorang anak lelaki yang akan dikhitan.
Dan ketika pertunjukan dimulai, setiap tandu itu diusung oleh empat orang lelaki dewasa.  Mereka mengenakan pakaian adat Sunda. Satu ciri khasnya, mereka memakai ikat kepala dari kain atau udeng.  Tak heran, jika ada juga yang menyebut kesenian ini dengan nama Gotong Singa. Jika diartikan, Gotong diadopsi dari bahasa Sunda yakni diusung.
 
Lantunan seperangkat alat musik tradisional, seperti kendang, gong, salompret, serta ketipung menjadi musik pengiring ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan.  Sambil berjalan kaki, para pengusung tandu juga menari mengikuti alunan musik. Sesekali, mereka juga memainkan atraksi berjalan maju-mundur dan berputar.  Biasanya, kesenian ini juga dimainkan bersama dengan atraksi lain, seperti pertunjukan akrobat dan pencak silat.  Tak ketinggalan, tarian khas Sunda, salah satunya Jaipong juga dimainkan ketika ada pertunjukan Sisingaan.
 
 Untuk menjadi pemain Sisingaan tidaklah mudah.  Setiap pemain harus memiliki keterampilan khusus.  Dapat Anda bayangkan, para pengusung tandu tidak hanya dituntut untuk mampu menari.  Mereka juga harus menari dan memainkan beberapa macam gerakan sambil menahan beban berat di pundaknya.  Mereka juga harus menjaga bagaimanapun caranya agar boneka kepala singa itu tidak jatuh dari tandu.  Terlebih, ketika di tandu itu juga duduk seorang anak lelaki yang akan dikhitan. Bagaimana cara pengusung tandu menjaga keseimbangan tandu dan tubuh mereka?.  Jawabannya dapat Anda temukan ketika memiliki kesempatan untuk melihat Sisingaan, pertunjukan rakyat khas Subang, Jawa Barat.
 
 Awalnya, setiap boneka kepala Singa dalam pertunjukan Sisingaan terlihat sederhana. Namun kini, boneka Sisingaan yang terbuat dari kertas itu dibuat sedemikian rupa hingga tampak gagah menyerupai bentuk aslinya.  Kostum para pengusung Sisingaan juga terlihat semakin glamour dengan warna menyolok.  Begitu juga dengan musik pengiringnya, seringkali lantunan musik perkusi dan pukulan bedug juga hadir ketika pertunjukan Sisingaan dimainkan. Bedug terbuat dari kayu berbentuk silender dengan salah satu sisinya ditutup dengan kulit binatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar